TEORI EKONOMI BIAYA TRANSAKSI
Biaya transaksi ekonomi
(transaction cost economics) menjadi analisis populer dalam ekonomi kelembagaan
yang dignakan untuk menilai efisiensi tidaknya suatu kelembagaan. Semakin
tinggi biaya transaksi yang ada dalam suatu kegiatan, maka makin tidak efisiensi
kelembagaan yang didesain begitupun sebaliknya. Akan tetapi masih terdapat
hambatan dalam melakukan operasionalisasi alat analisis ini yang dipilah dalam
tiga tingkatan.
·
Pertama, bahwa secara teoritis definisi dari biaya
transaksi belum terungkap secara tepat sehingga mengakibatkan berbagai macam
penafsiran antarahli.
· Kedua, bahwa setiap kegiatan (transaksi) ekonomi
selalu bersifat spesifik, sehingga variabel dari biaya transaksi berlaku secara
spesifik pula.
· Ketiga, meski variabel dan definisi telah dapat
dirumuskan, yang menjadi kendala adalah bagaimana cara mengukurnya, karena
menjadi isu yang strategis terutama dalam melihat efisiensi kegiatan.
DEFINISI dan MAKNA BIAYA TRANSAKSI
Definisi yang paling umum dari
biaya transaksi adalah bahwa aktivitas ini menciptakan manfaat pada masa
sekarang dan mendatang (faktor-faktor produksi) ke dalam output. Diantara input
– input untuk proses produksi, ahli ekonomi memasukkan faktor produksi tanah,
tenaga kerja, modal, dan-kategori yang lebih sulit diapahami yang disebut
kewiraswastaan (Frank, 1999:282-283).
Menurut
Williamson, biaya transaksi adalah ‘ongkos untuk menalankan sistem ekonomi’
(the costs of running the economic system) dan ‘biaya untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan lingkungan’ (costs to a change in circumstances).
Ringkasnya, biaya transaksi adalah ongkos untuk melakukan negosiasi, mengukur,
dan memaksakan pertukaran (exchange).
Biaya Transaksi muncul akibat adanya
kegagalan pasar. Pandangan neoklasik menganggap pasar dapat berjalan sempurna,
sedangkan pada kenyataan-nya tidak. Sehingga teori ekonomi kelembagaan
diformulasikan juga oleh teori Coase (Coase Theorem) yang mengklarifikasi
tentang biaya transaksi dalam teori ekonomi neoklasik. Coase mendemonstrasikan
bahwa inefisiensi dalam ekonomi neoklasik bisa terjadi bukan cuma akibat adanya
struktur pasar yang tidak sempurna atau penjelasan standar lainnya, melainkan
karena adanya kehadiran secara implisit biaya transaksi (North, 1992:13-14).
Menurut
Mburu (2002:42), biaya transaksi diartikan untuk memasukkan tiga kategori yang
lebih luas, yaitu:
(1) biaya pencarian dan informasi;
(2) biaya negosiasi dan keputusan atau mengeksekusi
kontrak; dan
(3) biaya pengawasan (monitoring), pemaksaan, dan
pemenuhan/pelaksanaan (compliance).
Furubotn dan Richter menunjukkan
bahwa biaya transaksi adalah ongkos untuk menggunakan pasar (market transaction
costs) dan biaya melakukan hak untuk memberikan pesanan di dalam perusahaan
(managerial transaction costs). Di samping itu, ada juga rangkaian biaya yang
diasosiasikan untuk menggerakkan dan menyesuaikan dengan kerangka politik
kelembagaan (political transaction costs). Untuk masing-masing tiga jenis biaya
transaksi tersebut bisa dibedakan menurut dua tipe:
(1) biaya transaksi "tetap" (fixed
transaction costs), yaitu investasi spesifik yang dibuat di dalam menyusun
kesepakatan kelembagaan (institutional arrangements); dan
(2) biaya transaksi "variabel" (variable
transaction costs), yakni biaya yang tergantung pada jumlah dan volume
transaksi.
Secara spesifik, biaya transaksi
pasar (market transaction costs) bisa dikelompokkan secara lebih rinci sebagai
berikut:
• Biaya untuk menyiapkan kontrak (secara sempit
bisa diartikan sebagai biaya untuk pencarian/searching dan
informasi).
• Biaya untuk mengeksekusi kontrak/concluding
contracts (biaya negosiasi dan pengambilan keputusan).
• Biaya pengawasan (monitoring) dan pemaksaan
kewajiban yang tertuang dalam kontrak (enforcing the contractual
obligations).
Lalu juga terdapat biaya transaksi manajerial
meliputi:
• Biaya penyusunan (setting up), pemeliharaan, atau
perubahan desain organisasi. Biasanya secara tipikal masuk dalam fixed
transaction costs;
• Biaya menjalankan organisasi, yang kemudian bisa
dipilah dalam dua sub kategori:
(a) biaya informasi; dan
(b) biaya yang diasosiasikan dengan transfer fisik
barang dan jasa yang divisinya terpisah (across a separable interface).
Terakhir, terdapat biaya
transaksi politik (political transaction costs), merupakan biaya yang
berhubungan dengan penyediaan organisasi dan barang publik yang diasosiakan
dengan aspek politik. Secara umum, biaya transaksi politik ini tidak lain
adalah biaya penawaran barang publik yang dilakukan melalui tindakan kolektif,
dan bisa dianggap sebagai analogi dari biaya transaksi manajerial. Secara
khusus, biaya ini meliputi:
(1) biaya penyusunan, pemeliharaan, dan perubahan
organisasi politik formal dan informal;
(2) biaya untuk menjalankan politik (the costs of
running polity).
RASIONALITAS
TERBATAS dan PERILAKU OPORTUNISTIK
Adanya dua asumsi ini
mengakibatkan analisis biaya transaksi beroperasi dan tanpa adanya ini maka
studi organisasi ekonomi akan tidak terarah, yaitu berupa rasionalitas terbatas
(bounded rationality) dan perilaku oportunistik (Williamson,1981b:1545). Secara
umum termanifesatsikan dalam wujud menghindari kerugian (adverse selection),
penyimpangan moral (moral hazard), penipuan, melalaikan kewajiban, dan bentuk –
bentuk perilaku strategis lain (Williamson, 2005; dalam Rossiaud dan Locatelli,
2010:5); untuk menjelaskan pilihan sistem kontrak dan struktur kepemilikan
perusahaan.
Rasionalitas terbatas (bounded
rationality) merujuk kepada tingkat dan batas kesanggupan individu dalam
menerima, menyimpan, mencari kembali, dan memproses informasi tanpa kesalahan
(Williamson, 1973:317). Sedangkan perilaku oportunistik adalah upaya untuk
memperoleh keuntungan melalui praktik yang tidak jujur dalam transaksi.
Menurut Williamson (dalam
Kherallah dan Kirsten, 2001: 12-13), selalu akan terdapat trade-off antara
biaya koordinasi dan hierarki dalam organisasi, antara biaya transaksi dan
pembuatan kontrak di pasar. Trade-off yang ada bergantung pada besarnya biaya
transaksi (magnitude of transaction costs).
Inti dari
ekonomi biaya trasaksi sebenarnya tidak lain adalah biaya-biaya yang muncul
berkenaan dengan informasi, dan agar pertukaran atau perdagangan bisa terjadi
dengan biata transaksi yang murah, masing-masing pelaku ekonomi harus
mengeluarkan sumber daya dalam tiga wilayah yang tergolong kegiatan kontrak,
seperti:
• Mengukur atribut yang bisa dinilai sehingga
proses pertukaran/transaksi terjadi.
• Melindungi hak-hak terhadap barang dan jasa yang
telah dipertukarkan.
• Meregulasi dan menegakkan kesepakatan.
Dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling penting dalam
memengaruhi besaran biaya transaksi adalah sifat hak-hak kepemilikan di dalam
masyarakat. Ahli-ahli kelembagaan mempercayai bahwa adanya perubahan
kesepakatan kelembagaan mengenai hak-hak kepemilikan akan memberikan dampak
terhadap pencapaian ekonomi.
BIAYA TRANSAKSI dan EFISIENSI EKONOMI
Menurut pendapat North, komunitas pedesaaan di negara yang
sedang berkembang biasanya memiliki biaya transaksi yang cenderung lebih
rendah. Hal ini mungkn disebabkan oleh hubungan di dalam komunitas yang
terjalin dengan erat, sehingga informasi tentang aktivitas-aktivitas di
dalamnya dapat tersebar secara luas dan bebas.
Tantangan
yang muncul dalam pembangunan ekonomi yaitu merumuskan cara atau sistem untuk
dapat mengurangi biaya transaksi pada saat melakukan perdagangan yang semakin
kompleks. Efisiensi akan tercapai ketika terdapat desain pembangunan
kelembagaan yang dibuat memang untuk mendukung kegiatan perdagangan, yakni
melalui penyediaan informasi, melindungi hak kepimilikan, dan menyiapkan
mekanisme yang efektif untuk menegakkan kesepakatan. Isu – isu tersebut yang
harus ditangani oleh semua negara dalam pembangunan ekonomi menuju kompleks
yang dilakukannya.
Selain itu, besaran biaya transaksi dapat terjadi karena adanya
penyimpangan dalam wujud:
1.) Penyimpangan atas lemahnya jaminan hak
kepemilikan.
2.) Penyimpangan pengukuran atas tugas yang
kompleks dan prinsip yang beragam,
3.) Penyimpangan intertemporal, dan
4.) Penyimpangan yang muncul karena kelemahan dalam
kebijakan kelembagaan.
DETERMINAN dan VARIABEL BIAYA TRANSAKSI
DETERMINAN dan VARIABEL BIAYA TRANSAKSI
Pengukuran menjadi isu utama
dalam biaya transaksi karena meskipun telah banyak studi empiris yang
dilakukan, tetap terjadi kerancuan definisi yang masih tidak dapat memuaskan
semua pihak. Dari studi yang telah dilakukan oleh ahli-ahli ekonomi terdahulu,
diperoleh pernyataan bahwa pengukuran biaya transaksi merupakan masalah pelik
sehingga diperlukan pemahaman yang sama mengenai definisi, determinan, dan
variabel yang seragam dari biaya transaksi.
Maka dari itu, mengidentifikasi faktor - faktor dan asumsi –
asumsi serta variabel yang menentukan besarnya biaya transaksi dirasa perlu dan
penting untuk diketahui.
Menurut
Chang (2000:288), faktor yang memengaruhi besarnya transaksi dikelompokkan
dalam tiga hal, yakni:
1.) Apa (what: the identity of bundle of
rights),
2.) Siapa (who: to identoty of agents involved in
the exchanges),
3.) Bagaimana (how: the institutions, technical and
social, governing the exchange and how to organize the exchanges).
Collins
dan Fabozzi (1991:28) menjelaskan bagaimana konsep biaya tarnsaksi yang
sedemikian kompleks dapat diderivasi ke dalam bentuk variabel-variabel yang
mudah untuk diukur, seperti:
• Biaya transaksi = biaya tetap + biaya variabel;
• Biaya tetap = komisi + transfer fees + pajak;
• Biaya variabel = biaya eksekusi + biaya
oportunitas;
• Biaya eksekusi = price impact + market timing
costs;
• Biaya oportunitas = hasil yang diinginkan —
pendapatan aktual — biaya eksekusi — biaya tetap
Biaya oportunitas disini merupakan perbedaan antara kinerja
investasi aktual dengan kinerja investasi yang diharapkan, disesuaikan dengan
biaya tetap dan biaya eksekusi. Biaya transaksi juga dapat diklasifikasikan ke
dalam variabel-variabel berikut:
• Organisasi tenaga kerja dan pengguna
• Mengolah informasi
• Koordinasi pemasok
• Memotivasi pelanggan
• Mengelola distributor
• Memuaskan pemegang saham dan peminjam
• Fee, komisi, cukai, dan pajak
• Penelitian dan pengembangan
• Biaya-biaya penjualan, umum, dan administratif
• Laporan neraca keuangan yang telah diaudit
Maka dari itu, kita dapat sadari
bahwa ruang lingkup biaya transaksi sangat luas dan metode – metode ini hanya
sebagian kecil dari konsentrasi ekonomi biaya transaksi sebagai unit analisis
untuk mengetahui efisiensi kegiatan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Yustika. 2013. Ekonomi Kelembagaan Paradigma,
Teori, dan Kebijakan. Malang: Penerbit Erlangga.
Comments
Post a Comment